Donderdag 23 Mei 2013

Sejarah dan Perkembangan Buger King di Dunia dan Indonesia

Menjamurnya restoran-restoran asing di Indonesia pada saat ini merupakan wujud nyata adanya kerja sama antara dua negara. Masuknya restoran asing seperti KFC, McDonalds, Burger King, dan Wendy’s menjadi awal dari tumbuhnya restoran lainnya  di Indonesia. Seperti yang kita kenal KFC dan McDonalds kini masih berada di pusat-pusat perbelanjaan bertahan di antara pesaing baru lainnya, mereka masih diminati oleh konsumen Indonesia. Selain itu dilihat dari daya serap tenaga kerja pun mereka terus bertambah. Maka kita bisa melihat restoran dengan sistem franchise di Indonesia masih akan terus tumbuh.
Definisi menurut International Franchise Association (IFA) franchise adalah hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchise, dimana franchisor berkewajiban menjaga kepentingan secara kontinyu pada bidang usaha yang dijalankan oleh franchisee misalnya lewat pelatihan, di bawah merek dagang yang sama, format dan standar operasional atau kontrol pemilik (franchisor), dimana franchisee menamankan investasi pada usaha tersebut dari sumber dananya sendiri.
Sedangkan David J.Kaufmann memberi definisi franchising sebagai sebuah sistem pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil (franchisee) yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi yang mapan dibawah asistensi franchisor. Sementara itu, menurut PP No.16/1997 waralaba diartikan sebagai perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa. Definisi inilah yang berlaku baku secara yuridis formal di Indonesia.
Apabila ingin membuka restoran asing di Indonesia seperti KFC maka si penerima waralaba harus memenuhi standar kualitas, bentuk, ciri yang telah ditetapkan oleh si pemberi waralaba. Meski harus memenuh standar yang ditetapkan biasanya ada negara yang menyesuaikan dengan keadaan bangsanya, misalkan McDonalds di Indonesia yang memiki bentuk hamburger yang sama tetapi ukurannya yang berbeda dengan ukuran asli di Amerika, karena harus disesuaikan dengan proporsi orang Asia khususnya Indonesia.
Dalam sebuah sistem franchise harus memiliki tiga elemen dasar yang kuat, yaitu:
Brand
Kekuatan brand merupakan asset paling mendasar dalam sebuah sistem franchise, karena pada dasaranya brand adalah representasi dari keberadaan produk atau jasa yang menjadi obyek sebuah unit bisnis. Semakin kuat brandnya, maka semakin besar potensi bisnis yang diwakilinya. Pada akhirnya, produk franchise dengan brand yang kuat mempunyai peluang untuk berhasil dalam bisnis. Dalam menilai kekuatan brand dapat dilihat dari parameter sebagai berikut,
  1. Brand diketahui dan dimengerti oleh masyarakat yang menjadi cakupan bisnisnya
  2. Brand harus komunikatif baik secara verbal, visual, maupun auditif. Agar unit bisnis dapat diketahui oleh masyarakat.
  3. Pemeliharaan brand secara terus menerus agar terjadi keberlangsungan komunikasi antara outlet bisnis dengan masyarakat sebagai target pasarnya.
Sistem
 Sistem bisnis adalah sederetan aturan, prosedur, metode, dan alur data serta proses ada dalam suatu unit bisnis. Sistem franchise yang baik akan menjamin dan menjaga reputasi brand, jadi sistem franchise harus mencakup hal-hal seperti :
  1. Sarana dan fasilitas fisik
  2. Sumber daya manusia
  3. Proses produksi dan operasi
  4. Distribusi dan delivery
  5. Pemasaran
  6. Administrasi dan keuangan
  7. Legal, perizinan, dan kekayaan intelektual
Dukungan
 Dukungan diperlukan sebagai upaya franchisor (pemberi waralaba) untuk memastikan bahwa semua franchisee dapat mengoperasikan bisnis di outlet franchisenya dengan menjalankan sistem secara benar sesuai ketentuan yang ada. Obyek-obyek yang mendukung franchise :
  1. Pengadaan tenaga kerja
  2. Pelatihan SDM
  3. Pasokan material dan bahan baku
  4. Monitoring dan analisa kerja bisnis
  5. Pemasaran dan pengadaan material promosi
  6. Pengembangan brand
Awal mula franchise muncul di Indonesia disebabkan oleh adanya keinginan yang kuat dari pemerintah dalam hal ini Departemen Perdagangan RI untuk menggiatkan ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan. Untuk itu Departemen Dalam Negeri menjalankan kebijakan untuk mendata usaha franchise yang ada di Indonesia dengan menggandeng International Labour Organization (ILO).
Dari pihak ILO mendatangkan seorang pakar franchise dari Amerika, Mr. Martin Mendelsohn, untuk mempelajari, menganalisa situasi dan kondisi untuk merekomendasikan cara yang ditempuh. Beliau datang pada tahun 1999 ke Jakarta untuk memberikan saran kepada pemerintah tentang bagaimana mendorong pertumbuhan franchising dan membantu membentuk sebuah asosiasi franchise. Martin juga tidak ketinggalan mengundang pihak usaha-usaha swasta lokal dalam diskusi bilateral maupun pertemuan-pertemuan untuk melibatkan pihak swasta dalam membangun usaha waralaba di Indonesia.
Setelah terjadi diskusi antara Martin dengan pemerintah Indonesia beserta para pengusaha lokal lalu terjadi kesepakatan antara mereka untuk membuat sebuah pusat untuk mengurus usaha franchise di Indonesia. Maka dibentuklah Franchise Resource Center yang bertujuan untuk mewadahi franchise yang sudah ada dan membidani usaha-usaha untuk menjadi franchise. Hingga akhirnya berusaha untuk mendorong pertumbuhan franchise di Indonesia.
FRC berdiri sebagai sebuah badan tepat berada di bawah Deperdag dengan Sekretaris Jenderal dari Deperdag. FRC juga memiliki steering committee yang terdiri dari toko-toko franchise, bisnis, dan pemerintah antara lain dari, Departemen Penerangan, Departemen Tenaga Kerja, Departemen Pariwisata, dan Kementerian Koperasi dan UKM. Maksud dari pembentukan steering committee adalah untuk membantu dan mendirikan perpustakaan serta dokumentasi dengan tugas mempromosikan, memasyarakatkan pola franchise, mengadakan pelatihan dan konsultasi, memfasilitasi pendanaan usaha.
Dalam usaha membangkitkan kemampuan serta potensi waralaba di Indonesia dan agar dapat menjadi mitra pemerintah atau dengan sektor swasta lainnya maka pada tanggal 22 November 1991 didirikan Asosiasi Franchise Indonesia (AFI). Asosiasi Franchise Indonesia didukung pertama kali kemunculannya oleh PT. Trim Mustika Citra, Es Teler 77, Widyaloka, Nilasari, dan Homes 21. Asosiasi ini didirikan di bawah asuhan FRC serta 5 perusahaan pada saat itu. Tujuan dari Asosiasi Franchise Indonesia adalah:
  1. Menjadi wadah dari para pengusaha franchise maupun peminat.
  2. Memperkenalkan pola franchise dari AFI.
  3. Menjadi sumber informasi dan data-data mengenai franchise sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan peminat
  4. Mengadakan kegiatan pelatihan, pembinaan, dan konsultasi.
Masuknya franchise di Indonesia dapat dilihat pada tahun 1970an di mana terdapat sejumlah restoran seperti Shakey Pisa, KFC, Swensen, dan Burger King. Hingga tahun 1995 baru terlihat perkembangan yang sangat signifikan yakni dengan data Deperindag yang mencatat ada 259 perusahaan penerima waralaba dengan total 2000 outlet di Indonesia tahun 1997. Namun keadaan berubah seiring terjadi krisis moneter di Indonesia sehingga menyebabkan usaha franchise menjadi surut. Sampai pada tahun 2003 usaha  franchise baru bisa kembali bangkit.
Berikut data mengenai franchise di Indonesia dalam 3 tahun terakhir:
USD Millions 2007 2008 (est) 2009(est)
Total Number of franchises 315 320 352
Local franchises 60 70 87
Foreign franchises 255 260 265
U.S. franchises 140 142 146

BURGER KING DI AMERIKA



Burger King adalah restoran hamburger yang didirikan pada tahun 1954 oleh James McLamore dan David Edgerton dan mulai berekspansi ke luar Amerika pada tahun 1963. Restoran ini berpusat di Miami-Dade County, Florida. Restoran ini pada awalnya juga pernah menggunakan sistem franchise untuk mempromosikan produknya di masyarakat. Sebelum Burger King berdiri mulanya restoran ini adalah sebuah cabang restoran yang bernama Insta-Burger King yang didirikan oleh Kieth J.Kramer dan Matthew Burns. Restoran ini memiliki alat yang disebut insta-Broiler untuk memudahkan memasak daging untuk burger, dan dengan menggunakan sistem franchise kemudian restoran ini mulai menybar ke daerah lain Amerika.
James McLamore dan David Edgerton yang merupakan alumni dari Cornell University School of Hotel Administration mencoba untuk membuka gerai ista-Burger King di Miami-Dade area setelah mengunjungi restoran McDonalds di San Bernardo California. Alat insta-Broiler tidak lagi digunakan oleh James dan David pada saat itu, mereka menggantinya dengan flame broiler sebuah mesin pemanggang daging burger yang berbahan bakar gas. Kemunculannya di Miami-Dade sangat sukses sehingga usaha Burger King semakin berlanjut ke daerah lainnya di luar Florida.
Pada tahun 1955 Burger King yang dipimpin oleh James dan David telah beroperasi di 40 lokasi di seluruh Amerika. Hingga tahun 1961 Burger King mulai menjual lisensi franchise-nya kepada pengusaha yang berminat di Amerika Serikat dan saat itu juga nama restoran tersebut telah berubah menjadi Burger King Corporation.
Dari tahun 1961 sampai dengan tahun 1967 Burger King menjalankan sistem kepemilikan pribadi, namun setelah itu Pillsbury Company berhasil memiliki Burger King. Di bawah Pillsbury Company, Burger King berhasil membuka 274 restoran di seluruh Amerika Serikat. Di tahun 1973, Chart House, yang merupakan pemilik dari Burger King berhasil melebihi prestasi dari Pillsbury Company dalam memimpin dengan membuka 350 gerai pada waktu itu. Chart House mencoba menawarkan kerja sama dengan Pillsbury Company untuk menggabungkan keduanya menjadi perusahaan yang terpisah namun Pillsbury menolak. Hingga komunikasi antara keduanya menjadi tidak berjalan dengan baik.
Perjalanan Burger King di Amerika nampaknya tidak berjalan dengan lancer, berbagai polemik pada kepemimpinan perusahaan tersebut di era awal hingga akhir 90-an membuat restoran ini terancam bangkrut. Pendapatan yang diperoleh semakin menurun akibat isu menurunnya kualitas dari produk serta persaingan sesama restoran hamburger semakin ketat. Tercatat Wendy’s merupakan saingan terberat dari Burger King pada era millennium baru. Bangkrutnya Burger King diikuti dengan tutupnya restoran mereka di beberapa tempat di Amerika.
TPG Capital sebuah perusahaan berasosiasi dengan Bain Capital dan Goldman Sach Capital Partners menyetujui untuk membeli Burger King dari Diageo dengan harga $ 1,5 billion (USD). Kepemimpinan baru ini berusaha untuk merevitalisasi dan mereorganisasi perusahaan.serta merubah nama menjadi Burger King Brands sebagai perusahaan induknya.

Expansi Internasional
Burger King telah mencoba membuka cabang restorannya di luar Amerika pertama kali di San Juan, Puerto Rico pada tahun 1963. Namun, pembukaan gerai di Puerto Rico tidak mendapat tanggapan yang menarik dari dunia internasional. Tanggapan ini justru muncul ketika dibuka restotan Burger King di Kanada tahun 1969 pada saat kepemimpinan Pillsbury. Setelah Kanada lalu menjamur ke benua lainnya seperti, di Eropa dengan Madrid sebagai kota pertamanya pada tahun 1972,  pada tahun 1982 giliran Asia Timur yang mendapat giliran membuka restoran ini, termasuk Negara Jepang, Taiwan, Singapura, dan Korea Selatan.
Pada tahun 2001 Burger King di Jepang tutup dikarenakan persaingan antar restoran yang ketat. Seperti yang kita ketahui bahwa saat itu restoran franchise sudah menjamur. Tidak heran kalau Burger King memang tertinggal oleh McDonalds yang sangat gencar dalam usaha mempromosikan produknya.
BURGER KING DI INDONESIA


Kemunculan restoran Burger King di Asia pada dekade 80-an rupanya juga merambah Indonesia. Burger King yang terkenal dengan flame-grilled beef burger-nya hanya dapat bertahan dalam beberapa waktu. Sumber yang saya dapat mengatakan bahwa Burger King hanya bertahan di tahun 1985 namun ada yang mengatakan pada tahun 90-an restoran ini masih memanjakan lidah para konsumennya.
Kendati telah memiliki pelanggan setia namun Burger King tidak dapat bertahan sehingga Indonesia tidak memiliki restoran khusus burger. Banyak dari pencinta Burger King rela ke luar negeri hanya untuk mendapatkan cita rasa yang unik dari Burger King. Cita rasa serta bentuk ukuran yang berbeda dengan restoran seperti McDonalds, Wendy’s, atau lainnya menjadikan salah satu faktor pemikat para konsumen.
Memang apabila dilihat dari segi bentuk burger, Burger King memang jauh lebih besar dan lebih tebal. McDonalds dan Wendy’s yang merupakan pesaing utama BK hingga sekarang mengalami penyusutan dalam segi ukuran produk. Entah sebagai penyesuaian terhadap proporsi orang Asia atau memang ada penyesuaian dengan kondisi ekonomi pada saat ini. Yang jelas dalam hal ukuran dan kenikmatan Burger King tidak kalah dibanding restoran yang menyajikan hidangan burger.
Ketika Burger King sempat menghilang selama beberapa tahun akhirnya pada tahun 2007 BK kembali dengan PT Sari Burger Indonesia sebagai pemegang lisensi Burger King dengan gerai pertamanya di Senayan City, Jakarta. Menurut Peter Tan (Presiden Burger King Asia Pasifik), Indonesia akan menjadi negara penting dalam perkembangan Burger King di dunia. Tidak hanya akan menambah jumlah gerai di seluruh Indonesia tetapi Burger King Indonesia juga akan meningkatkan mutu produk yang disajikan. Contohnya Whopper Sandwich yang merupakan menu klasik dari Burger King dan juga andalannya, produk ini tidak dibuat berbeda dengan yang aslinya walaupun hanya sausnya yang sedikit mengalami modifikasi. Restoran ini juga menwarkan hidangan pelengkap seperti kentang goreng dengan ukuran yang lebih tebal.
Berdasarkan penjelasan tentang masuknya franchise di Indonesia serta sedikit contoh perkembangan tentang restoran Burger King kita dapat melihat bahwa usaha dengan sistem franchise di Indonesia sangat menjanjikan walaupun dengan persaingan yang ketat terutama di era 90-an hingga era 2000-an. Semakin banyak restoran menancapkan usahanya di Indonesia semakin menambah usaha masing-masing restoran untuk memperbaiki strategi promosi produk dan menjaga kualitas produk agar bisa bertahan. Seperti halnya McDonalds dan KFC yang masih terus bertahan hingga sekarang walaupun telah mengalami perubahan yang signifikan terutama dari segi ukuran dan rasa. Kini ukuran dari produk McDonalds dan KFC dapat dikatakan menyusut dari ukuran sebelumnya. Sementara itu Burger King yang baru muncul kembali setelah hilang pada era 90-an awal tetap mempertahankan ukuran yang lebih besar dan cita rasa yang tidak jah berbeda dengan produk yang asli.
Usaha franchise ini dapat terus bertahan dengan adanya hubungan yang baik antara kedua belah pihak negara yang menyetujui. Indonesia dengan Amerika telah menjalin kerja sama yang cukup lama dan keduanya mendapat keuntungan masing-masing. Amerika mendapat keuntungan dari laba penerimaan lisensi sedangkan Indonesia juga mendapat keuntungan laba serta dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak (mengurangi pengangguran).
Namun dampak buruk dari franchise ini adalah ketersingkiran usaha lokal yang sama-sama ingin bersaing di dalam negeri. Mereka kalah dalam segi promosi bahkan dalam segi kualitas produk.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking